Tim dosen Politeknik Negeri Semarang (Polines) berhasil membuat antena microstrip dengan menggunakan substrat dielektrik yang terbuat dari limbah serat katun dan karbon. Inovasi ini menjadi alternatif dari penggunaan fiberglass – epoxy atau FR4 yang selama ini banyak digunakan pada antena microstip.
Antena mikrostrip sendiri merupakan jenis antena yang terbuat dari lembaran logam tipis yang diletakkan di atas substrat isolator. Penggunaan antena mikrostrip ini sangat penting dalam dunia telekomunikasi. Jenis antena ini biasanya digunakan pada base transceiver station (BTS) atau stasiun pemancar.
Saat ini sebagian besar negara memakai substrat FR4 sebagai bahan antena microstrip. Selain harganya yang murah, FR4 juga memiliki karakteristik daya serap airnya rendah dan properti isolasi bagus. Kekurangan dari FR4 adalah tidak memiliki kekuatan tarik yang bagus dan hanya mampu bertahan hingga suhu 130° C.
Oleh karena itulah, tim dosen Polines yang dipimpin oleh Budi Basuki Subagio S. berinovasi dengan membuat produk antena teknologi microstrip dengan menggunakan substrat dielektrik terbuat dari komposit limbah serat katun-karbon. Selain bisa menjadi bahan alternatif pengganti substrat FR-4, antena mikrostrip dari limbah serat katun karbon ini juga handal, low cost, dan juga ramah lingkungan.
Terkait inovasinya ini, Budi Basuki mengatakan bahwa pada penelitiannya ini, substrat isolator akan terbuat dari limbah serat katun karbon, yang merupakan bahan serat alam yang dibuat dari serat kapas. Serat tersebut kemudian akan diperkuat dengan serat karbon.
“Antena Mikrostrip ini sebagai salah satu alternatif yang akan digunakan oleh mitra kami, yakni PT Telkom Akses sebagai back up fiber optic di daerah terpencil. Salah satunya di Gir Pasang, Desa Tegalmulyo yang terletak di lereng Gunung Merapi,” kata Budi Basuki.
Sebagai informasi, inovasi yang dilakukan Budi dan timnya ini merupakan salah satu praktik baik program Matching Fund Vokasi 2023 dengan melibatkan PT Telkom Akses sebagai mitra industri.
“Awalnya kami melakukan identifikasi kebutuhan dan peluang penggunaan material limbah serat katun karbon sebagai material alternatif pengganti FR4. Kami mencoba melakukan peninjauan terhadap lingkungan sekitar dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan back up fiber optic untuk jaringan internet,” terang Budi.
Foto saat pengujian di GirPasang di Lereng Gunung Merapi dan foto proses produksi
Setelah kebutuhan dan peluang telah diidentifikasi, tahap selanjutnya Budi dan tim kemudian melakukan riset dan pengembangan untuk mengembangkan antena microstrip subtract limbah katun karbon sesuai kebutuhan mitra dan kondisi lapangan.
“Kami mencoba membuat perancangan sistem dan perangkat keras serta perangkat lunak yang diperlukan untuk membuat antena microstrip substrat limbah serat katun karbon,” Budi Basuki melanjutkan.
Antena teknologi microstrip inovasi Budi dan timnya ini juga sudah melakukan uji coba perangkat cerdas iSense di lingkungan yang sesuai, seperti stadion, kerumunan, pusat perbelanjaan dan sebagainya. Hasilnya, antena ini menunjukkan keandalannya. Keunggulan lainnya adalah antena tersebut diperkirakan memiliki TKDN lebih dari 40 persen.
“Kami berharap, antena microstrip substrat limbah serat katun karbon nantinya dapat menjadi produk komersial dan bisa dipasarkan kepada instansi swasta maupun pemerintah yang bergerak di bidang telekomunikasi,” ujar Budi.
Keberlanjutan pengembangan produk ini juga diharapkan dapat membuka peluang pasar baru dan meningkatkan kemampuan Indonesia dalam bidang teknologi. (Polines/Nan/Cecep)
Sumber: vokasi.kemdikbud.go.id