SEMARANG – Stefanus Santosa resmi menjadi guru besar bidang ilmu Komputasi Teknologi Pembelajaran Pemodelan Bangunan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang (Polines).
Pria kelahiran Blora itu, meraih gelar profesor Polines di usia 65 tahun, dengan karya tulis terbarunya berjudul “Artificial Intelligence untuk Pengembangan Model Digital Twin Peralatan Laboratorium Industri dan Pembelajaran Teknik Sipil”.
Prof. Stefanus membuat terobosan baru dalam dunia teknik sipil dengan menciptakan simulasi alat digital material bangunan.
Cara kerjanya terbilang sederhana, yakni melakukan kalkulasi material bangunan secara digital tanpa menghadirkan bentuk fisik.
“Jadi orang membuat beton kalau sudah dibuat desainnya, kan nanti dicetak dan diuji pakai mesin uji tekan beton. Itu yang konvensional seperti itu,”
“Nah yang saya buat itu begitu desainnya sudah dibuat kadar semennya berapa, pasirnya berapa, tinggal masukkan saja angka kebutuhan materialnya di sistem. Nanti langsung keluar hasilnya. Sudah bisa digunakan.” kata Prof. Stefanus seusai pengukuhan guru besar di Gedung Kuliah Terpadu Polines Semarang, Selasa (5/12/2023).
Prof. Stefanus menambahkan, tingkat keakuratan sistem ini bisa dipertanggungjawabkan.
“Bisa melihat sejauh mana tingkat kekuatan beton yang telah dirancang tadi tanpa membuatnya secara fisik terlebih dahulu,” imbuhnya.
Ke depan, ia berencana untuk mengaplikasikan sistem ini kepada pemilik proyek sebagai langkah efisiensi waktu.
“Ini masih perkembangan, rencana ke depan ya nanti kita perkembangannya dulu,” ucapnya.
Direktur Polines, Prof Totok Prasetyo mengatakan penambahan guru besar di kampusnya membuat Polines semakin eksis di masyarakat.
Selain itu, juga bisa mendongkrak peringkat Polines dalam jajaran kampus ternama.
“Awal Desember Poliner sebagai PTN di Asia Tenggara nomor 67, di Indonesia nomor 2 level politeknik, lalu di Universitas Negeri nomor 17,” katanya.
Ia berharap, pengukuhan guru besar ini bisa memacu dosen-dosen di Polines untuk meraih gelar Profesor di bidang keilmuan masing-masing.
“Semoga konstribusi terhadap polines akan semakin besar. Khusus untuk Prof. Stefanus, jangan sampai jadi profesor pohon pisang, yang kalau sudah berbuah ya selesai. Jadi saya tidak ingin setelah prof dilantik, karya ilmiah-ilmiah setelahnya mati,” sambungnya. (*)
Sumber: jateng.tribunnews.com