DUKUNG RENCANA NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA, POLINES CIPTAKAN SISTEM MONITORING DAN EARLY WARNING SYSTEM TANAH LONGSOR

Ditjen Vokasi – Kolaborasi riset perguruan tinggi vokasi dengan industri terus dipacu untuk mengoptimalkan berbagai inovasi yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah inovasi Sistem Monitoring dan Early Warning System (EWS) Tanah Longsor yang dikembangkan oleh Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan mitra industri.  

Melalui program Matching Fund tahun 2022, Polines berhasil mengembangkan inovasi yang tidak hanya memperkaya keilmuan saja, tetapi juga berdampak besar bagi masyarakat dan pemerintah. Dampak tersebut utamanya dalam membangun sistem manajemen penanggulangan bencana alam, khususnya bencana tanah longsor.

Sebagaimana diketahui, sebagai negara tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, Indonesia menjadi salah satu negara dengan ancaman bencana hidrometeorologis yang cukup tinggi. Salah satunya adalah bencana tanah longsor. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), longsor kerap menjadi bencana paling mematikan di Indonesia. Sepanjang 2022, setidaknya tujuh kejadian tanah longsor setiap bulannya. 

Dikutip dari YouTube resmi Polines, Ketua Program Matching Fund Polines, Prof. Muhammad Mukhlisin, mengatakan bahwa ide pengembangan Sistem Monitoring dan Early Warning System (EWS) Tanah Longsor dilatarbelakangi oleh kondisi topografi yang ada di Indonesia, khususnya yang ada di pulau Jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur yang sering terjadi bencana tanah longsor.

“Dengan intensitas hujan 3.000 milimeter per tahun maka potensi untuk terjadinya longsor di daerah perbukitan, khususnya yang terjadi di Jawa Tengah sangat mudah terjadi,” kata Prof. Muhammad Mukhlisin.

Oleh karena itu, lanjut Prof. Muhammad Mukhlisin, penelitian dan pengembangan alat Sistem Monitoring dan EWS menjadi sangat penting. Utamanya adalah dalam mengembangkan sistem teknologi yang dapat mendeteksi dan kemudian melakukan monitoring proses terjadinya tanah longsor, khususnya pada daerah-daerah yang rawan longsor tersebut.

Pada program Matching Fund tahun 2022 yang diberi judul “Hilirisasi Produk untuk Monitoring dan Early Warning Bencana Tanah Longsor” ini, Polines bekerja sama dengan CV Anugrah Agung yang berlokasi di daerah Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.

Masih menurut Prof. Muhammad Mukhlisin, produk inovasi ini didesain kompleks sesuai dengan parameter yang dikaitkan sebagai faktor terjadinya longsor. Produk ini terdiri atas hardware berupa lima alat sensor, yakni sensor curah hujan, pergerakan tanah, tekanan air tanah, level air tanah, dan sensor kelembaban tanah. Sensor-sensor tersebut terintegrasi dengan website monitoring www.ewspolines.com

“Jadi, dalam sistem ini kita men-develop lima sensor yang akan kita gunakan untuk monitoring daerah rawan longsor,” ujar Prof. Muhammad Mukhlisin. 

Kelima sensor di atas dapat dimonitor secara real time melalui website www.ewspolines.com yang dikembangkan oleh Polines. Dengan demikian daerah atau lokasi yang dianggap rawan terjadinya bencana longsor tersebut dapat dilakukan monitoring secara real time setelah kelima sensor tersebut terpasang di daerah tersebut. 

“Dan kalau terjadi kondisi berbahaya itu terjadi maka akan memberikan early warning atau warning awal kepada masyarakat yang terdampak dengan potensi bencana longsor yang akan terjadi,” lanjut Prof. Muhammad Mukhlisin.

Prof. Muhammad Mukhlisin berharap, pengembangan produk ini dapat melengkapi teknologi mitigasi bencana longsor yang efektif, terpadu, dan accessible. Selain itu, pengembangan produk ini, menurut Prof.  Muhammad Mukhlisin, merupakan bentuk dukungan Polines dalam membantu pemerintah untuk realisasi program Rencana Nasional Penanggulangan Bencana. (Polines/Nan/Cecep)

Sumber : vokasi.kemdikbud.go.id

Gulir ke Atas