Mahasiswa Polines Manfaatkan Limbah Kertas dan Biji Asam Dijadikan Batik Ramah Lingkungan

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, timbunan sampah yang dihasilkan Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24.517.371,96 ton/tahun dengan jumlah sampah kertas/karton sebesar 12,2%. Sampah kertas membutuhkan waktu 2-5 bulan untuk dapat terurai, sedangkan sampah kardus atau karton membutuhkan waktu lima bulan untuk dapat hancur.

Berdasarkan data tersebut berarti 12,2% sampah kertas atau kerton belum termanfaatkan dengan baik. Selain sampah kertas yang menjadi permasalahan, penggunaan lilin dalam proses membatik dalam jangka panjang juga tidak baik untuk kesehatan pembatik.

Dalam proses membatik, lilin harus melalui proses pembakaran agar dihasilkan lilin cair yang dapat digunakan sebagai perintang warna. Pembakaran lilin menghasilkan karbondioksida yang berdampak buruk bagi kesehatan pembatik untuk jangka panjang.

Melihat kedua fenomena tersebut, tiga mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) yaitu Tiara Dalila Furqan (D-4 Analis Keuangan), Dina Setya Rini (D-4 Analis Keuangan),  dan Diksi Aisyah Isna (D-3 Teknik Listrik), menggaggas sebuah ide dan menciptakan produk bernama “BALISAM” (Batik dari Limbah Kertas dan Biji Asam) melalui program Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) tahun 2021/2022 yang didanai oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti).

Tujuan utama pembuatan produk ini adalah untuk membuka  peluang usaha baru yang memiliki potensi pangsa pasar yang luas dan terjamin ketersediaan bahan bakunya. Hal ini karena BALISAM menggunakan bahan baku yang berasal dari limbah kertas dan biji asam sehingga terjamin ketersediaannya. Selain itu, pembuatan produk ini menggunakan bahan daur ulang yang berarti dapat melestarikan alam dan ramah lingkungan. Dan yang tak kalah penting adalah dengan diproduksinya BALISAM, sama saja dengan melestarikan kebudayaan Indonesia, yaitu batik.

Diharapkan produk  ini nantinya dapat bersaing dengan produk serupa lain yang sudah beredar terlebih dahulu di pasar lokal maupun mancanegara. Masyarakat pada umumnya dan target pasar pada khususnya juga diharapkan dapat menyukai produk berbudaya tradisional Indonesia yang ramah lingkungan ini demi pelestarian kebudayaan dan pelestarian alam.

Gulir ke Atas