Sebagai salah satu rangkaian Dies Natalis Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang ke 37 tahun, Polines menyelenggarakan kegiatan Pengajian Akbar dan Polines Bersholawat 2019, Sabtu 27/7/2019 malam di kampus Polines Tembalang. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahun kedua yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rebana State Polytechnic of Semarang (Response) dan didukung oleh institusi, para donatur serta sponsor. Tema yang diusung adalah “Persatuan sebagai pondasi mengokohkan NKRI”.
Demikian diungkapkan Ketua Panitia Afriza saat memberikan sambutan di awal acara. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan sholawat oleh Habib Ali Zainal Abidin Assegaf dengan iringan rebana oleh Azzahir (Pekalongan). Sebagai puncak acara, tausiyah mauidloh hasanah diisi oleh Habib Umar Al Muthohar (Semarang). Hadir dalam acara ini Direktur dan para Wakil Direktur Polines, para Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa Polines, serta masyarakat umum.
Direktur Polines Ir Supriyadi MT dalam sambutannya menyebutkan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt, menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air Indonesia yang menghargai perbedaan dalam bingkai kebersamaan dan persatuan. Juga untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada keluarga besar Polines, salah satunya adalah nikmat bahwa Polines akan mengukuhkan Guru Besar yang pertama pada 30 Juli 2019 mendatang. Supriyadi berharap semoga kegiatan bersholawat ini menambah nikmat bagi sivitas akademika Polines, menambah motivasi dan semangat dalam mewujudkan cita-cita Polines menjadi institusi yang mengintegrasikan inovasi teknologi dan bisnis yang memberikan kontribusi nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan daya saing bangsa. “Semoga Polines semakin dirasakan kontribusinya dalam menghasilkan generasi penerus bangsa yang mampu menjawab tantangan dalam berkreasi, berinovasi, beradaptasi dan merespon serta menginspirasi solusi atas problematika bangsa,” pungkas Supriyadi.
Habib Umar Al Muthohar dalam tausiyah mauidloh hasanah menjelaskan bahwa bersholawat tidak lain adalah sama dengan berdzikir. Berdzikir berarti ingat kepada Allah Swt. “Allah Swt berfirman, Udzkuruunii adzkurkum. Ingatlah kepadaku, maka kau akan Ku ingat,” demikian Habib Umar mengutip QS Al Baqarah ayat 152. “Ingatnya Allah kepada kita adalah dalam bentuk lebih banyak menurunkan rahmatNya, berkahNya dan ridloNya kepada kita, sehingga dengan semua itu urusan kita bisa beres semua,” tambah Habib Umar.
Habib Umar juga mengingatkan agar para mahasiswa tidak mengecilkan arti doa. Hal tersebut dimaksudkan agar mahasiswa yang memiliki tugas mulia menimba ilmu, selalu dimudahkan oleh Allah. “Agar doa mudah diterima oleh Allah, kuncinya ada di ibadah yang jangan sampai terputus. Petunjuk Al Qur’an dalam surat Al Fatihah, Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nastaiin. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Ini merupakan isyarat bahwa manusia harus beribadah (menyembah Tuhan) terlebih dahulu, baru memohon pertolongan Allah,” Habib Umar menjelaskan. “Bila belum bisa mengamalkan ibadah sunnah, minimal jangan meninggalkan ibadah yang wajib. Syukur-syukur bila setelah mengerjakan yang wajib, ditambah dengan mengerjakan yang sunnah.”
Setelah berdoa perlu diikuti dengan perilaku yang baik, pola pikir yang baik, dan ucapan yang baik. Karena Allah cinta kepada orang-orang yang baik. “Bila perilakunya buruk, makanan dan minumannya haram, pakaiannya juga dibeli dari uang yang haram, bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan oleh Allah?” demikian Habib Umar memberikan pertanyaan retorik. Di akhir tausiyah, Habib Umar berpesan agar para mahasiswa mencontoh para kyai dan ulama yang sukses pada saat mereka menuntut ilmu. Yaitu mereka tidak pernah meninggalkan ibadah sholat tahajud. [MAN]