Politeknik Negeri Semarang (Polines), melalui program Inovasi Kreatif Mitra Vokasi (INOVOKASI) beri pendampingan tingkatkan tata kelola potensi wisata di Desa Kesongo, Tuntang, Kab. Semarang.
Desa Kesongo, yang terletak di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dengan luas wilayah 965,535 hektare dikelilingi oleh berbagai destinasi menarik, seperti Desa Lopait di bagian utara, Desa Candirejo di bagian selatan, Danau Rawa Pening di bagian barat, dan Kota Salatiga di bagian timur. Berlatar belakang pemandangan yang indah, Desa Kesongo desa ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata yang unik dan berkelanjutan. Namun, di balik keindahannya, Desa Kesongo juga menghadapi tantangan lingkungan seperti masalah sampah dan pertumbuhan eceng gondok yang pesat.
Melihat potensi yang terpendam, masyarakat desa bersama dengan para akademisi dari Politeknik Negeri Semarang yang diketuai Aminuddin Rizal dan beranggotakan Amin Suharjono, Nurseto Adhi, Rikawati, Aiun Hayatu Rabinah beserta sejumlah mahasiswa berkolaborasi menciptakan peluang yang bermanfaat bagi Desa Kesongo melalui program INOVOKASI. Menurut Aminuddin Rizal, selalu Ketua Tim, program inovokasi ini terlaksana dengan adanya dukungan dana hibah yang diperoleh dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi.
Selain itu, Eceng gondok yang sering dianggap gulma, kini telah menjelma menjadi bahan baku berbagai produk kerajinan tangan yang menarik melalui UMKM Bengkok Craft. Sejak didirikan pada 2019, Bengok Craft telah menghasilkan sekitar 100 varian produk berbahan dasar eceng gondok. “Meski demikian, proses pengeringan bahan baku yang bergantung pada cuaca, kerap menjadi kendala, terutama saat musim hujan.
Di sisi lain, Taman Wisata Kuliner Daringan yang didirikan pada 2021 menawarkan pengalaman unik dengan harga terjangkau. Sayangnya, jumlah pengunjung berkurang drastis karena tempat yang sudah rusak dan tidak terawat, sehingga tidak ada wisatawan yang tertarik berkunjung. Hal ini berbanding terbalik dengan keindahan alam yang disajikan di sekitar lokasi, seperti pemandangan Rawa Pening yang berpotensi besar dikembangkan menjadi destinasi wisata berbasis alam, seperti glamping, penginapan, hingga eduwisata.
Masalah lain yang dihadapi adalah pengelolaan sampah anorganik. Desa Kesongo menggunakan metode pemilahan sampah dengan kategori “Iso Bosok” (sampah organik) dan “Ora Iso Bosok” (sampah anorganik). Sampah organik telah berhasil diolah menjadi pupuk, namun sampah plastik hanya dijual langsung dengan harga rendah, yaitu Rp 2.000/kg.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Tim Polines berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik (BUM) Desa Bangun Jaya Kesongo menerapkan solusi Pemberdayaan ramah lingkungan. “Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan alat pencacah sampah plastik dan mesin pengering eceng gondok, “ jelasnya.
Dengan adanya alat tersebut, sampah plastik yang tidak dapat diolah dapat dicacah menjadi bagian yang lebih kecil. bagian tersebut kemudian dapat didaur ulang menjadi bahan bakar, ataupun dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Nilai jual sampah plastik mengalami peningkatan menjadi Rp 9.000/kg, dan dapat berdampak pada pemasukan BUM Desa Bangun Jaya Kesongo.
Sementara mesin pengering menjadi solusi untuk masalah Eceng Gondok. Mesin tersebut dapat mempercepat proses pengeringan eceng gondok yang awalnya memerlukan 2-3 minggu menjadi lebih cepat karena sudah menggunakan dengan panas biomass yang ramah lingkungan dan tidak lagi mengandalkan panas matahari, “ jelas Rizal di lokasi kegiatan belum lama ini.
Selain itu, pembangunan fasilitas glamping di sekitar Taman Wisata Kuliner Daringan juga menjadi salah satu fokus pengembangan wisata. Pemandangan Rawa Pening yang memukau, menjadikan lokasi ini dirancang untuk menawarkan pengalaman menginap unik bagi wisatawan. Salah satu upaya yang dilakukan sebagai pengembangan fasilitas yaitu dengan pembuatan website sebagai platform pemesanan dan informasi wisatasehingga wisata lebih dikenal oleh masyarakat luas. Tak hanya itu, pihak pengelola juga memberikan free gelang dari bengkok craft kepada pengunjung yang datang.
Implementasi program pemberdayaan di Desa Kesongo telah menunjukkan dampak signifikan. UMKM Bengok Craft kini lebih produktif dengan pasokan bahan baku yang stabil. Selain itu, TPS3R desa mampu meningkatkan pendapatan melalui pengelolaan sampah plastik yang lebih efektif. Rencana pembangunan fasilitas glamping diharapkan dapat menarik minat wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam.
Namun, implementasi program ini belum sepenuhnya sempurna. Renovasi Taman Wisata Kuliner Daringan yang sempat rusak akibat angin kencang menjadi salah satu tantangan yang masih dihadapi. Ke depan, pengadaan alat produksi briket dan biomass direncanakan untuk melengkapi sistem pengelolaan limbah desa dan mendukung keberlanjutan.
Menuju Desa Wisata Berkelanjutan
Berkomitmen pada prinsip zero waste, Desa Kesongo terus berupaya menjadi contoh desa wisata dengan prinsip berkelanjutan. Inovasi dalam pengelolaan limbah, pemberdayaan UMKM, dan pengembangan wisata alam menjadi langkah nyata menuju desa yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Melalui berbagai inovasi dan kolaborasi, Desa Kesongo dapat menjadi contoh sukses pengelolaan desa wisata yang ramah lingkungan dan memberdayakan masyarakat lokal.