Polines Hadirkan ‘Monik’, Alat Pantau Tanaman Hidroponik

Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghadirkan produk unggulan dalam Higher Education Partnerships Conference (HEPCON) 2024. Melalui, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), pameran ini diselenggarakan di Balai Kartini Convention Center Jakarta pada 29-31 Agustus 2024.

Salah satu inovasi yang dihadirkan adalah penggunaan monitoring hidroponik yang dilakukan Politeknik Negeri Semarang (Polines). Alat monitoring hidroponik yang kerap disebut monik ini menggunakan teknologi Internet of Things (IoT).

“Kami membuat sistem untuk memonitoring hidroponik, jadi kebutuhan dari hidroponik termasuk derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan atau Ph. Kemudian, kandungan kepekatan larutan nutrisi (TDS), kelembaban, dan temperatur yang dibutuhkan tanaman kita monitoring dan kita kontrol agar sesuai,” kata Kepala Pengembangan Teknologi dan Produk Unggulan Unit Penunjang Akademik Polines, M Denny Suriandra kepada RRI, pekan ini.

Menurutnya, inovasi itu tercetus lantaran begitu cepatnya perubahan cuaca ekstrem di Indonesia. Sehingga membuat tanaman hidroponik tak bisa memproduksi setiap hari.

“Seperti cuaca ekstrem yang pernah terjadi di Indonesia, dapat kita kendalikan semua. Jadi tetap bisa berproduksi,” katanya, menjelaskan.

Ia mengatakan, tim dari Polines melakukan riset sampai 6 bulan. Adapun, pembuatan dimulai dari merangkai sensor, kemudian uji sistem di laboratorium dan bengkel hingga implementasi di lapangan.

“Untuk pembuatan sebenarnya kalau komponennya sudah tersedia, satu hari kami sudah bisa mengerjakan. Nah, ke depan kalau sudah tersedia kita bisa hanya tinggal plug and play,” ujarnya.

Inovasi buatan mahasiswa semester akhir Polines ini telah menjalin dengan lima mitra. Baik dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau petani UMKM. 

“Ini adalah tugas akhir mahasiswa yang berbasis penelitian dosen. Jadi, sudah ada 5 mitra yang telah menjalin kerja sama dengan Polines,” ucapnya. 

Bahkan, lanjut dia, aplikasi dari hidroponik ini juga dinikmati para penggemar ikan koi. Hal itu, lantaran ikan koi juga membutuhkan temperatur tertentu.

“Sekaligus membutuhkan kondisi air, nutrisi, dan temperatur air termasuk PH air yang tidak boleh berubah tiba-tiba atau ekstrem. Hal itu bisa menyebabkan pertumbuhan ikan koi terganggu bahkan mati,” ujarnya.

Dengan membanderol harga Rp6 juta per aplikasi, Denny memastikan, aplikasi memudahkan petani dan pelaku UMKM yang bergerak di tanaman hidroponik. “Aplikasi ini tinggal didownload, misalnya hidroponik kami di Semarang bisa kita monitoring dari sini (Jakarta),” ucapnya.

Sumber: rri.co.id

Gulir ke Atas