Prof. Dr. Ir. Muhammad Mukhlisin, MT, dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang (Polines) resmi dikukuhkan sebagai sebagai guru besar pada bidang ilmu ukur tanah. Hal itu ditandai dengan dilaksanakannya acara pengukuhan guru besar di kampus Polines, Selasa (30/7). Acara yang dilaksanakan dalam rapat terbuka senat Polines ini turut dihadiri pula jajaran pimpinan perguruan tinggi di Jawa Tengah, para kolega, pejabat TNI/Polri, pejabat terkait, dosen serta mahasiswa Polines.
Direktur Polines, Ir. Supriyadi, MT dalam sambutannya mengaku bangga dan bersyukur atas capaian akademik tertinggi dosen Polines ini. “Hal ini membuktikan bahwa dosen Polines dapat mencapai gelar guru besar/Profesor,”ungkapnya. Juga merupakan guru besar/professor pertama di Polines. Kami terus mendorong kepada dosen Polines untuk terpacu untuk meraih gelar guru besar. “Guru besar pertama Polines ini juga merupakan kado spesial jelang dies natalis ke 37 Polines pekan depan,” ungkapnya bangga.
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Tanah Longsor dalam Perspektif Kajian Dasar, Penilaian Resiko dan Mitigasinya”, Prof. Dr. Ir. Muhammad Mukhlisin, MT mengatakan, menurut data kejadian tanah longsor dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan adanya trend peningkatan jumlah kejadian tanah longsor di Indonesia dari tahun ke tahun. “Dari data kejadian itu, provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat adalah yang terbesar dibandingkan dengan propinsi-propinsi lain yang ada di Indonesia,” jelasnya. Meski demikian, menurut survei BNPB menunjukkan, kapasitas untuk menyelamatkan diri dari bencana longsor masih rendah, terutama di wilayah-wilayah yang terpencil. Bahaya bencana tanah longsor ini banyak mengancam harta dan jiwa penduduk Indonesia, sehingga penelitian dasar, terapan dan pengembangan tentang longsor sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kerugian dan korban jiwa.
Ini dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang mitigasi bencana khususnya bencana tanah longsor masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin meluasnya daerah pemukiman sehingga penyebarannya sampai pada daerah perbukitan. Hal ini menyebabkan potensi becana longsor yang semakin meningkat. Permasalahan ini terjadi baik di Indonesia dan di negara lain. Upaya pencegahan dan penanggulan sudah banyak dilakukan baik menggunakan pendekatan teknis dengan pengembangan teknologi dan sosial yaitu dengan penyadaran masyarakat yang tinggal pada daerah rawan bencana. Pendekatan teknis diperlukan untuk menyediakan fasilitas untuk akses segera dalam mitigasi longsor yaitu dengan menggunakan system peringatan dini, sementara pendekatan sosial dilakukan dengan pengembangan kapasitas masyarakat setempat yang berada di daerah rawan longsor. Oleh karena itu, pendekatan yang terpadu baik dengan sistem teknis maupun dengan pendekatan sosial harus dilakukan untuk membangun sistem peringatan dini masyarakat yang efektif. “Dengan pendekatan strategis ini, ketahanan masyarakat di daerah rawan bencana dapat ditingkatkan secara baik,”harapnya.