Lampion Berbahan Limbah Kertas Fotokopi, Mahasiswa Polines Kembangkan Seni Cutteristic

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – PKM Kewirausahaan Politeknik Negeri Semarang (Polines) kembangkan produk kreatifnya, yakni lampion. Bukan lampion biasa, karena pembuatannya menggunakan limbah kertas. Diketuai Rifka Rani dari Prodi Analis Keuangan, dan beranggotakan Edikha Setyaningtyas dari Prodi Analis Keuangan, Anik Kusuma Wardani Prodi Analis Keuangan, dan Reza Bagas Pambudi Raharjo Prodi Teknik Mesin Polines, sukses mengurangi limbah kertas menjadi barang bernilai seni tinggi.

Rifka, menuturkan barang ciptaannya terinspirasi dari banyaknya limbah kertas di tempat fotokopi sekitar kampus.”Kami terus lihat limbah kertas dijual ke pengepul. Mereka juga membuang limbah itu ke mana-mana,” ungkapnya, Minggu (30/6/2019).

Bahkan menurut Rifka, tak jarang ia jumpai limbah kertas tersebut dibakar, membuat asap yang tak baik bagi kesehatan. “Mereka menganggap limbah kertas tidak terlalu bernilai harganya,” paparnya. Hal tersebut membuat Rifka dan kawan-kawan mulai mengumpulkan limbah kertas tak terpakai. Lewat bimbingan dosen pembimbing Nurul Hamida, mereka pun menciptakan inovasi produk lampion tersebut. Mereka memadukannya dengan seni memotong kertas atau yang sering dikenal dengan cutting paper atau cutteristic.

Mereka pun tergabung dalam PKMK bernama Pioneristic.”Limbah kertas yang dapat digunakan yakni kertas kardus dan kertas fotocopy atau sejenisnya,” paparnya.Mereka pun memadukan lampion yang dibuat dengan menampilkan budaya asli Indonesia. Semisal motif Nusantara seperti batik, tokoh-tokoh pewayangan Jawa.

Rifka menguraikan, lampion dibuat dengan mencetak pola terlebih dahulu pada limbah kertas, kemudian dipotong menggunakan cutter. Setelah itu tiap lembar potongan disusun dan dimasukkan ke frame box untuk menjamin kualitas dari lampion. “Untuk lebih memperindah diberikan pencahayaan LED strip berwarna-warni,” ujarnya. Ia mengklaim lampion yang mengusung konsep tersebut di daerah Semarang masih belum ditemukan. Sehingga peluang memasuki pasar untuk produk pioneristic ini besar.

Produk yang dibuat mulai Juni 2019 ini dijual dengan harga yang terjangkau, sekitar Rp 30 ribu.”Kualitas yang terjamin, dan konsep estetika unik menjadikan lampion seni cutteristic ini layak untuk dijadikan rekomendasi hadiah,” ujarnya.

Dosen pembimbing mereka, Nurul Hamilda menuturkan, lampion tersebut tak hanya berkontribusi mengurangi limbah, tapi turut berkontribusi meningkatkan eksistensi kebudayaan dan pariwisata di Indonesia.

Ia menilai unsur menjaga kebudayaan tersebut oleh generasi sekarang mulai luntur.

“Tim PKM ini berhasil mendapatkan dana dari Kemenristekdikti RI,” paparnya. (Akbar Hari Mukti)

sumber :  Tribunjateng.com

Gulir ke Atas