Tiga mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) kenalkan alat bantu penunjuk arah kiblat bagi tunanetra. Tim yang beranggotakan Fajar Kurniawan (Teknik Elektro), Riadlotul Itqoh (Teknik Elektro) dan Febi Nur Chusnaeni (Akuntansi) ini tergabung dalam suatu tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pembuatan PKM ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan mereka terhadap kondisi penyandang tunanetra yang seringkali kesulitan dalam menentukan arah kiblat. Mereka membuat terobosan baru berupa peci yang bisa menunjukkan dimana arah kiblat berada.
Diketuai oleh Fajar Kurniawan, tim tersebut membuat alat bantu sederhana yang dapat dengan mudah dipakai oleh penggunanya. Rancangan alat bantu ini kemudian diberi nama Peci Penunjuk Arah Kiblat bagi Tunanetra dengan Keluaran Suara atau bisa disebut dengan PERAK GATRA.
Fajar mengaku ide tersebut muncul ketika dia sedang berada di suatu tempat yang pada saat itu dirinya cukup kesulitan dalam menentukan arah kiblat. Tentunya hal ini juga terjadi pada kebanyakan orang, terlebih lagi pada penyandang tunanetra. Dari situlah muncul keinginan untuk membuat alat bantu yang dapat memudahkan dalam penentuan arah kiblat.
Alat ini memanfaatkan sensor kompas yang diselipkan pada peci dan arduino nano sebagai pengolah datanya. Suara penunjuk yang dihasilkan terdiri dari delapan arah mata angin dan satu suara yang berbunyi ketika kita sudah menghadap kiblat. Suara tersebut dapat didengar menggunakan headset spiral sehingga hanya pengguna yang bisa mendengarkannya. Output suara ini dipilih untuk mendukung kondisi tunanetra. Komponen yang dimasukkan ke dalam peci relatif tipis. Penempatan komponen diletakkan pada area yang strategis sehingga tidak mengganggu pengguna dan peci tetap nyaman digunakan.
Uji coba telah dilakukan terhadap 10 partisipan dan menghasilkan tingkat akurasi yang baik. Rizki, salah satu partisipan, menjelaskan bahwa suara yang dikeluarkan oleh peci tersebut terdengar sangat jelas, nyaman, dan tidak mengganggu pada saat pelaksanaan ibadah. Partisipan yang lain juga mengatakan hal demikian, “Peci ini sangat bermanfaat khususnya bagi penyandang tunanetra dan lansia sehingga mereka tidak akan merasa resah akibat kesalahan penentuan arah kiblat lagi,” ujar Sirot.
Fajar menambahkan bahwa alat yang dibuatnya sejauh ini sudah menunjukkan progres yang diharapkan.
“Alhamdulillah, hasil dari uji coba awal terhadap 10 orang normal yang ditutup matanya menghasilkan nilai akurasi mencapai 99% terhadap sudut asli arah kiblat,” pungkasnya.