Semarang – Belajar dari pengalaman, Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (POLINES) berusaha flashback dengan melihat ke belakang bagaimana perjuangan bangsa dalam memperjuangkan budayanya yang hampir di klaim negara lain. Apalagi seiring berjalannya waktu, budaya Indonesia semakin tergerus dengan hal-hal yang berbau modernisasi.
Berangkat dari hal itu Tim Polines yang diketuai oleh Rizki Ulfiani (Akuntansi’16), serta beranggotakan Putu Fahlevi Risang Dewangkara (Teknik Mesin’16), dan Regita Antisya (Akuntansi’17) menciptakan inovasi baru dengan media kimono yang diinovasi menggunakan motif batik yang menggambarkan wisata sejarah setempat dan aksara jawa.
Menurut Rizki, dengan adanya inovasi kimono yang dikemas sesuai kebutuhan remaja, dapat meningkatkan rasa cinta tanah air khususnya kesadaran akan pentingnya mempertahankan budaya Indonesia. Meskipun Batik sudah diakui sebagai warisan budaya Indonesia, akan tetapi tidak menutup kemungkinan batik akan tinggal sejarah jika tidak ada yang melestarikannya. Apalagi aksara jawa yang seiring berjalannya waktu sudah hampir tidak dikenal oleh para remaja.
Batik tulis ini didesain dengan perpaduan antara aksara jawa dengan wisata sejarah yang berada di Jawa Tengah, seperti Tugu Muda, Lawang sewu, dan Borobudur.
Kami berharap, produk ini dapat diminati masyarakat khususnya para pemuda. Karena masa depan sebuah negara berada di pundak para pemudanya. Jika pemuda sudah mulai tertarik dengan budaya lokal, sudah tentu budaya Indonesia tidak akan tergusur oleh zaman.