SEMARANG – Pemimpin bisa diibaratkan seperti pabrik, bukan gudang. Pabrik menghasilkan sesuatu. Memberi nilai tambah pada benda dan barang. Sementara gudang fungsinya hanya menyimpan, tidak mengubahnya.
“Balok masuk pabrik keluar jadi meja, kursi, dan barang-barang lain. Sementara balok masuk gudang keluar tetap sebagai balok,” kata Ketua Institut Harkat Negeri (IHN), Sudirman Said saat menjadi pembicara tunggal dalam seminar tematik bertajuk Peran Mahasiswa Dalam Upaya Penguatan Integritas Bangsa, Selasa (14/11) di Kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines).
Pencapaian tertinggi seorang pemimpin, menurut Sudirman, adalah ketika berhasil menghela perubahan ke arah yang lebih baik. Memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat yang dipimpinnya.
Sudirman menjelaskan, para pemimpin zaman dahulu ketika berpolitik diniatkan untuk memberi. Berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
“Kalau sekarang berpolitik untuk berebut. Berebut kekuasaan bukan untuk kepentingan masyarakat banyak, tetapi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya,. Padahal politisi sekarang sudah difasilitasi, sudah dicukupi. Tapi masih saja cari-cari celah untuk memperkaya diri,” imbuh Sudirman.
Dalam pandangan Sudirman, pemimpin itu soal perilaku. Bukan karena jabatan atau kedudukan lantas disebut pemimpin. “Kalau karena jabatan dan kedudukan itu namanya pimpinan, bukan pemimpin,” ujar dia lagi.
Perilaku pemimpin yang utama dimiliki adalah integritas. Seorang pemimpin harus memiliki integritas yang tinggi. “Tanpa integritas pemimpin itu bukan apa-apa, nothing,” tandas dia.
Selain integritas, pemimpin harus memiliki kompetensi. Memiliki kemampuan, keahlian, dan pemahaman terhadap organisasi dan kerja. Dengan kompetensi, seorang pemimpin dapat mengambil keputusan dengan benar.
Kepada ratusan mahasiswa yang datang dari berbagai perguruan tinggi di Semarang, Sudirman berpesan agar menjaga integritas, melatih kompetensi, dan memperluas jaringan agar kelak siap menjadi pemimpin masa depan.