Plenary Talk Session pada IEEE COMNETSAT 2017 Menampilkan Tiga Pembicara

The 6th IEEE COMNETSAT 2017 yang diselenggarakan oleh Polines pada 5 – 7 Oktober 2017 menyajikan sesi plenary talk pada hari pertama.

Plenary Talk menampilkan tiga pembicara yaitu Prof. Hiroshi Ochi (Jepang), Prof. Mahamod Ismail (Malaysia) dan Dr. Khoirul Anwar (Indonesia).

 

Prof. Hiroshi Ochi merupakan profesor di Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika, Kyushu Institute of Technology dan telah mempublikasikan lebih dari 50 makalah jurnal serta lebih dari 150 makalah konferensi internasional. Bidang yang menjadi kajian penelitian Prof. Ochi meliputi pengolahan sinyal digital, komunikasi nirkabel, desain Large Scale Integration (LSI), dan manajemen teknologi. Seiring dengan peningkatan penggunaan robot pada dunia industri – misalnya pada industri perakitan kendaraan – Prof. Ochi menyebutkan bahwa kebutuhan terhadap penggunaan jaringan nirkabel (wireless) pada kendali robot semakin tinggi. Hal tersebut karena berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh jaringan nirkabel, antara lain dalam hal kemudahan instalasi dan pemeliharaan, serta dapat diimplementasikan di lokasi yang sulit dijangkau bila menggunakan jaringan kabel. Namun, protokol Point Coordination Function (PCF) WiFi konvensional tidak mampu mendukung spesifikasi Ethernet bagi keperluan industri, seperti latency yang rendah (kurang dari 0,1 milidetik) dan persyaratan komunikasi bebas-galat (error-free) dan aman bagi manusia. Pada konferensi ini Prof. Ochi memaparkan tentang desain sistem Wireless Local Area Network (WLAN) yang cepat dan aman untuk diterapkan di industri.

 

Prof. Mahamod Ismail dari Jurusan Teknik Elektro, Elektronika dan Sistem, Universiti Kebangsaan Malaysia yang berbicara pada sesi plenary talk kedua memiliki bidang kajian penelitian pada komunikasi bergerak, komunikasi satelit, dan jaringan nirkabel. Prof. Ismail mempresentasikan peran dan tantangan komunikasi satelit dalam menyongsong kehadiran sistem nirkabel Generasi ke 5 (5G). Sistem 5G didorong bukan hanya dapat meningkatkan kapasitas jaringan, namun juga agar dapat meningkatkan umur operasional baterai pada perangkat bergerak seperti smart phone dan tablet. Solusi yang ditawarkan adalah melakukan evolusi pengembangan jaringan dari macro-cell tradisional ke small-cell yang sesuai bagi densifikasi jaringan yang dapat dikembangkan menjadi Dense Femtocell Network (DFN). Tantangan utamanya adalah menyediakan backhaul network (jaringan utama) yang sesuai yang bukan hanya dapat memaksimalkan cakupan layanan namun juga dapat menjamin kebutuhan data throughput. Meskipun pada daerah perkotaan yang padat penduduk kebutuhan ini dapat dilayani melalui kaber optis, namun pada daerah pedesaan (rural) komunikasi radio gelombang mikro dan satelit masih menjadi pilihan. Oleh karenanya satelit perlu dikembangkan menjadi komponen dari sistem 5G, baik sebagai jaringan ekstensi maupun bahkan sebagai jaringan backhaul. Meskipun integrasi ini telah dimulai sejak jaringan generasi ke 3 (3G), namun belum dilakukan optimisasi dan rekonfigurasi topologi sesuai kebutuhan trafik.

Pada konferensi ini Prof. Ismail menjelaskan tentang evolusi integrasi antara komuniaksi satelit dan komunikasi terestrial; peran satelit sebagai media transmisi dan perpanjangan cakupan layanan; skema channel access and sharing yang efektif; harmonisasi kapabilitas melalui Very Small Aperture Terminal (VSAT), High Altitude Platform (HAP) dan High Throughput Satellite (HTS); serta pilihan gateway dan backhaul pada sistem 5G.

 

Sesi ketiga menampilkan Dr. Khoirul Anwar, yang sejak September 2016 merupakan Associate Professor pada Sekolah Teknik Elektro Telkom University, Indonesia dengan minat penelitian pada teori informasi jaringan, penyandian koreksi galat, pengawasandi iteratif, penyandian untuk super-dense network, dan pengolahan sinyal pada komunikasi nirkabel.

Pada konferensi ini, Dr. Anwar memaparkan potensi skema multiple access pada koneksi nirkabel 5G secara masif yang diharapkan dapat melayani hingga 40-50 milyar piranti yang terhubung ke Internet, misalnya melalui aplikasi Internet of Things (IoT). Berdasarkan konsep matematis terutama teori probabilitas, binomial dan distribusi eksponensial, dapat disediakan teknologi akses IoT yang lebih baik yaitu (a) throughput yang lebih tinggi sehingga mampu melayani lebih banyak piranti atau pengguna, (b) pesat packet loss yang lebih rendah, (c) network yang dapat dioptimasi, dan (d) batasan IoT secara teoritis memberikan kapabilitas deteksi pengguna atau piranti per time slot. Hal ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan jaringan dan aplikasi IoT yang meliputi hingga 2/3 ekonomi global.

 

Setelah plenary talk, dilaksanakan 5 parallel session selama 2 hari dengan presentasi 30 makalah ilmiah (paper) yang telah lolos seleksi, yang terdiri atas 14 makalah bidang communication, 10 makalah bidang networks, dan 6 makalah bidang satellite. Para penulis makalah tersebut berasal dari 6 negara yaitu Italia (2 makalah), Mesir (2), China (2), Filipina (1), Singapura (1) dan Indonesia (22).

Gulir ke Atas